Pos. Bripka. H.Hendri Ahadi. Ba Sitipol Polres Payakumbuh
Ilmu adalah cahaya dan petunjuk, sedangkan kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang memberikan keterangan yang
sangat jelas. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu
pula) Allah mengeluarkan orang-orang dari gelap-gulita kepada cahaya
yang terang-benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan
yang lurus.” (Al-Maidah:15-16)
Namun hanya sebagian kecil hamba-Nya yang mau mempelajari Islam
secara serius dan baik. Mereka lebih berbangga dan bersemangat dengan
ilmu dunia karena dengannya mereka bisa diridhoi sesama manusia lainnya,
seakan mereka tak butuh ridho Allah Subhanahu wata’ala,
sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
"AJARAN ALLAH MENURUT SUNNAH RASUL"
( Pos. BRIPKA. H HENDRI AHADI. BA SITIPOL POLRES PAYAKUMBUH)
Ajaran
Allah
عَلَّمَ الْقُرْآنَ <-----
`allama lqur aana
Dia(Allah) telah mengajarkan "`ilmu / ajaran" berupa al Quran.(55;2)
Kalau dimunculkan sedikit kandungan maknanya, menjadi
هُوَ)عَلَّمَ(عِلْمًا) الْقُرْآن ) - (Huwa) `allama (`ilman) alqur aana
Pemecahan Kaedah / hukum pada kata kerja yang digaris bawahi di atas
sebagai berikut:
عَلَّمَ -`allama dibentuk dari tiga huruf pokok tambahan satu atas pola /
wazan فَعَّلَ - يُفَعِّلُ - تَفْعِيْلًا -fa``ala - yufa``ilu - taf
`iilan.
Setiap kata kerja dalam alquran yang dibentuk atas pola/wazan tersebut,
selalu membawa mashdar dari pola / wazan tiga huruf pokoknya yang tidak
tersebut(sudah maklum) dalam kalimatnya. Selain itu juga setiap kata
kerja selalu membawa subject yang menentukan keterangan kerjanya yang
tidak tersebut(maklum)juga.
Dalam hal kata kerja tiga huruf pokok tambahan satu عَلَّمَ -`allama
tersebut, pemecahan tiga huruf pokoknya atas pola / wazannya adalah
sebagai berikut:
عَلِمَ - يَعْلَمُ - عِلْمًا - `alima - ya` lamu - `ilman = mengetahui /
meng `ilmui.
Dan arti kata "mashdar" nya (عِلْمًا -`ilman)adalah = `Ilmu /
pengetahuan / ajaran.
"mashdar" atas pola / wazan dari tiga huruf pokok itulah yang tidak
tersebut(sudah maklum) dalam tiga huruf pokok tambahan satu atas pola /
wazan فَعَّلَ - يُفَعِّلُ - تَفْعِيْلًا -fa``ala - yufa``ilu - taf
`iilan.
Contoh sederhana dalam bahasa indonesia:
- Dia memberikan "pemberian" berupa "buku"<----- yang bertanda garis
bawah tersebut adalah mashdar, dan "buku" adalah pengganti "pemberian"
dalam kalimat tersebut.
Contoh kata lain yang menggunakan tiga huruf pokok tambahan satu atas
pola/wazan فَعَّلَ - يُفَعِّلُ - تَفْعِيْلًا -fa``ala - yufa``ilu - taf
`iilan dalam alquran:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Inna llaaha wamalaa ikatahuu yushalluuna `alaa lnnabiyyi yaa ayyuha
lladziina aamanuu shalluu `alaihi wasallimuu tasliiman
Sesungguhnya Allah serta malaikat-malaikat-Nya menyampaikan harapan atas
harapan nabi .Wahai orang-orang yang beriman, sampaikanlah harapan
kalian atas harapan Nabi yaitu hiduplah kalian dengan islam dengan
sebenar benarnya.(33;56)
kata kerja kata kerja yang digaris bawahi pada (33;56) diatas, dibentuk
juga dari tiga huruf pokok tambahan satu atas pola / wazan
فَعَّلَ - يُفَعِّلُ - تَفْعِيْلًا -fa``ala - yufa``ilu - taf `iilan
yaitu
* صَلّٰى - يُصَلِّيْ - تَصْلِيَةً -shallaa - yushallii - tashliyatan =
menyampaikan doa`/harapan .
Dimana pemecahan kata kerja tiga huruf pokoknya atas pola/wazannya
adalah sebagai berikut:
صَلَا - يَصْلُوْا - صَلٰوةً -shalaa - yashluu - shalaatan = berdo`a /
berharap.
arti kata "mashdar" nya ( صَلٰوةً - shalaatan)= do `a / shalat =
"harapan"
Ingat akan hadits:
اَلصَّلوٰةُ دُعَاءٌ - ashshalaatu du `aa un = shalat itu adalah do `a /
harapan(al hadits)
Jadi berbeda maknanya antara ber"shalat" dengan ber"shalawat".
ber"shalat" = ber"do`a" / ber"harap". <-----tidak memiliki object
ber"shalawat" = menyampaikan "shalat" / menyampaikan
"harapan"<----memiliki object.
* سَلَّمَ - يُسَلِّمُ - تَسْلِيْمًا -sallama - yusallimu - tasliiman =
membangun / membina keselamatan
Dimana pemecahan kata kerja dari tiga huruf pokoknya atas pola/wazannya
adalah sebagai berikut:
سَلِمَ - يَسْلَمُ - سَلَامَةً - salima - yaslamu - salaamatan = selamat
Dan arti kata "mashdar"nya (سَلَامَةً - salaamatan)adalah =
"keselamatan"
"keselamatan" yang dimaksud disana adalah "dinul islam"
karena arti tersebut juga dapat dilihat dari:
اَسْلَمَ - يُسْلِمُ - اِسْلَامًا - aslama - yuslimu - islaaman =
menyelamatkan
arti kata "mashdar" nya (اِسْلَامًا - islaaman)= keselamatan = "islam"
Ingat hadits!
اَلْمُسْلِمُ سَلِمَ الْمُسلِمُوْنَ مِنْ لِّسَانِهِ وَ يَدِهِ
Al muslimu salima lmuslimuuna min lisaanihi wa yadihii.
Seorang muslim itu adalah yang muslim muslim lainnya selamat dari ucapan
dan kekuasaannya.(al hadits)
سَلِمَ - يَسْلَمُ - سَلَامًا وَ سَلَامَةً - salima - yaslamu - salaaman
wa salaamatan = selamat.
اَسْلَمَ - يُسْلِمُ - اِسْلَامًا - aslama - yuslimu - islaaman =
menyelamatkan.
Perhatikan kaedahnya :
اَلْمُسْلِمُ -al muslimu--->>Isim fa `il dalam bentuk ma`rifat
sebagai mubtada`(pokok kalimat) berjumlah 1 maskullin. artinya = seorang
pelaku Yang menyelamatkan itu.
الْمُسلِمُوْنَ - al muslimuuna ---> isim fa`il dalam bentuk ma`rifat
berjumlah jamak maskullin. artinya = Para pelaku yang menyelamatkan itu.
Terlihat disana bahwa islam isinya adalah orang orang / para pelaku yang
saling selamat menyelamatkan.
Jadi, dengan mengacu pada kaedah tersebut diatas, penterjemahan
surat(55;2) menjadi
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
Dia(Allah) telah mengajarkan "ilmu/ajaran" berupa al Quran.(55;2)
Sekaligus menunjukkan makna bahwa Alqur an adalah "`Ilmu / Ajaran" dan
identik dengan Lafadzh jalalah.
Artinya semua yang berkaitan erat dengan fungsi "Lafazdh
jalalah(Allah)", haruslah digandeng dengan `Ilmu/ajaranNya yaitu "alqur
an". maksudnya untuk mencuatkan kandungan makna kepermukaan akan kaitan
fungsi:
أَحْسَنَ تَفْسِيرًا(alquran) sebaik baik tafsir(25;33),
آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ayat ayat yang saling jelas menjelaskan(24;1),
بَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ rangkaian keterangan menurut
satu pedoman dan pembeda pandangan (antara yang haq dan yang
bathil)(2;185)
serta ayat ayat lainnya yang berguna / saling memfungsikan dan
melengkapi / tidak sia sia atau mencuatkan kesadaran akan `Ilmu Allah
dengan mengacu pada ayat tersebut (55;2).
Menurut sunnah rasul
Menurut <----->قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي
Qul in kuntum tuhibbuuna llaaha fa ttabi `uunii.
Tegaskanlah: "Jika kalian (benar-benar) mencintai hidup dengan ajaran
Allah menurut pola rasulNya, Maka ikutilah sunnahku,(3;31)
Sunnah rasul<------> سُنَّةُ الرَّسُوْلِ -sunnatu rrasuuli = peri
kehidupan/pola kehidupan rasul<---> لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Laqad kaana lakum fii rasuuli llaahi uswatun hasanatun.
Sesungguhnya dalam kehidupan menurut sunnah Rasulullah itu, ada suri
teladan yang indah guna kehidupan kalian.(33;21)
Maka setiap yang berkaitan dengan fungsi رَسُولِ -rasuulun, haruslah di
gandeng dengan أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ -uswatun hasanatun atau sunnah rasul.
Jadi bicara "rasul" berarti bicara sunnahnya dan bukan bicara fisik /
biologis muhammad pribadi. tapi fungsi muhammad sebagai rasulNya atau
"sunnahnya".
Banyak umat Islam marah Ketika Muhammad dibuat buat karikaturnya. Tapi
tidak pernah marah ketika sunnahnya telah diporak porandakan.
Begitupun banyak umat islam yang marah ketika mushaf alquran dibakar.
tapi tidak pernah marah ketika ajaran ALLAH dalam Mushaf tersebut telah
di cabik cabik kandungan isinya.
Penting:
*Semua perombakan terjemah bukanlah sembarang ataupun asal asalan, tapi
selalu ada acuan dari tata bahasa alquran dan teori maknanya dari ayat
ayat lainnya.
*Kesempurnaan isi alquran hanya dapat dilihat dari susunan tata bahasa
maupun maknanya, berupa susunan teratur dalam keseluruhan bulat sesuai
batasan batasannya(hukum), dari potongan / bagian bagian ayat ayat nya
baik bahasa maupun maknanya yang saling melengkapi dan saling
memfungsikan sehingga menjadi satu kesatuan utuh yang kesemuanya tidak
ada yang tidak berguna(sia sia).
Jadi kalau kita melihat terjemah ataupun tafsir yang kontradiktif, maka
yang kita lihat adalah berarti fungsi dan kelengkapan penjelasan dari
ayat ayat lainnya belum ada.
Maka jangan heran kalau kita melihat perbedaan tafsir ataupun terjemah.
karena masing masing orang memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam
menjangkau seluruh makna ayat ayat dalam alquran. Hal tersebut bukanlah
berarti kesalahan atau ketidak sempurnaan alquran itu sendiri. Tapi
hanya semata mata tingkat kemampuan orangnya yang bervariasi.
Bisa dianalogikan seperti berikut ini:
Melihat gajah
---> si A mengatakan ekor gajah, "itulah gajah".
--->si B mengatakan belalai gajah, "itulah gajah".
--->si C yang sudah melihat dari semua sudut mengatakan gajah,
"itulah gajah".
---->melihat 1 buah ayat---> Si A mengatakan segala sesuatu
Allahlah yang menentukan. manusia berbuat hanyalah dipaksa oleh Allah. =
paham jabariyyah
---->melihat 1 buah ayat yang lainnya----> Si B mengatakan segala
sesuatu manusialah yang menentukan dan Allah tidak ikut campur dalam
urusan manusia.= paham qadariyyah. contoh paham induk Mu`tazilah.
---->melihat ayat lebih banyak lagi---> Si C mengatakan segala
sesuatu Allahlah yang menentukan dan manusia hanyalah berusaha dan
berdo`a. = paham adaptasi para ulama.
----> Melihat seluruh ayat-----> Si D mengatakan segala sesuatu
Allahlah yang merancang dan memastikan sementara manusia bebas
menentukan 1 buah pilihan dan berharap atas apa yang telah dirancang
oleh Allah tersebut serta melaksanakannya untuk konsekwensi hasil dari
kepastian Allah jua.
Ke empat terjemah atau tafsir tersebut diatas bukanlah kesalahan alquran
atau sifat alquran yang senantiasa berubah, tapi kembali karena
keterbatasan kemampuan masing masing orang berbeda beda dalam menjangkau
atau menjamah seluruh ayat ayat dalam alquran. semakin banyak ayat ayat
yang dijangkau, maka semakin bulat dan utuh pengertiannya.
Bagaimana Cara Memilih Pemimpin Menurut Islam
(POS. Bripka. H.HENDRI AHADI. Ba Sitipol Polres Payakumbuh )
Kamis. 24 Mei 2012
Pemimpin
negara adalah faktor penting dalam kehidupan bernegara. Jika pemimpin
negara itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyatnya akan
makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi
rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara.
Oleh
karena itulah Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang
baik. Dalam Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih
pemimpin yang baik dan beriman:
“Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah
mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua
kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimmpin (mu): sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagiaa yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang
yang zalim ” (QS. Al-Maidah: 51)
“Hai
orang2 yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu
menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang2 yang
zalim” (At Taubah:23)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang2 kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
“Janganlah
orang2 mukmin mengambil orang2 kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin.
Barang siapa berbuat demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah
sedikitpun…” (Ali Imran:28)
Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil:
Dari
Abu Hurairah ra, ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “ada
tujuh golongan manusia yang kelak akan memperoleh naungan dari Allah
pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya, (mereka itu
ialah):
1. Imam/pemimpin yang adil
2. Pemuda yang terus-menerus hidup dalam beribadah kepada Allah
3. Seorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid
4. Dua orang yang bercinta-cintaan karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah pun karena Allah
5.
Seorang pria yang diajak (berbuat serong) oleh seorang wanita kaya dan
cantik, lalu ia menjawab “sesungguhnya aku takut kepada Allah”
6.
Seorang yang bersedekah dengan satu sedekah dengan amat rahasia,
sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh
tangan kanannya
7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (dzikrullâh) di waktu sendirian, hingga melelehkan air matanya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Hai
orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena
Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena itu lebih dekat dengan taqwa…” (Q.s. Al-Maidah
5: 8.Keadilan
yang diserukan al-Qur’an pada dasarnya mencakup keadilan di bidang
ekonomi, sosial, dan terlebih lagi, dalam bidang hukum. Seorang pemimpin
yang adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum;
memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa
pandang bulu. Hal inilah yang telah diperintahkan al-Qur’an dan
dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad untuk menegakkan hukum
(dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya adalah putri beliau
sendiri, Fatimah, misalnya.
“Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin,
Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135)
Dalam
sebuah kesempatan, ketika seorang perempuan dari suku Makhzun dipotong
tangannya lantaran mencuri, kemudian keluarga perempuan itu meminta
Usama bin Zaid supaya memohon kepada Rasulullah untuk membebaskannya,
Rasulullah pun marah. Beliau bahkan mengingatkan bahwa, kehancuran
masyarakat sebelum kita disebabkan oleh ketidakadilan dalam supremasi
hukum seperti itu.
Dari
Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: adakah patut engkau
memintakan kebebasan dari satu hukuman dari beberapa hukuman (yang
diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia berdiri lalu berkhutbah, dan
berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu
rusak/binasa dikarenakan apabila orang-orang yang mulia diantara mereka
mencuri, mereka bebaskan. Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri,
mereka berikan kepadanya hukum’. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i,
Abu Daud, Ahmad, Dariini, dan Ibnu Majah)
“Sesungguhnya
Allah akan melindungi negara yang menegakkan keadilan walaupun ia
kafir, dan tidak akan melindungi negara yang dzalim (tiran) walaupun ia
muslim”. (Mutiara I dr Ali ibn Abi Thalib) Pilihlah pemimpin yang jujur:
Dari
Ma’qil ra. Berkata: saya akan menceritakan kepada engkau hadist yang
saya dengar dari Rasulullah saw. Dan saya telah mendengar beliau
bersabda: “seseorang yang telah ditugaskan Tuhan untuk memerintah rakyat
(pejabat), kalau ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia
tidak akan memperoleh bau surga”. (HR. Bukhari)
Pilih pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, dll:
“Barang
siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya,
jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak
mampu, maka dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya
iman”. (HR. Muslim)
Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap kelompoknya sendiri:
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan dalam Al Qur’an :
“ … Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian, orang-orang Muslim, dari dahulu … .” (QS. Al Hajj : 78)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menukil satu hadits yang berbunyi :
“Barangsiapa
menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah maka sesungguhnya dia menyeru ke
pintu jahanam.” Berkata seseorang : “Ya Rasulullah, walaupun dia puasa
dan shalat?” “Ya, walaupun dia puasa dan shalat, walaupun dia mengaku
Muslim. Maka menyerulah kalian dengan seruan yang Allah telah memberikan
nama atas kalian, yaitu : Al Muslimin, Al Mukminin, Hamba-Hamba Allah.”
(HR. Ahmad jilid 4/130, 202 dan jilid 5/344)
Ada
beberapa sifat baik yang harus dimiliki oleh para Nabi, yaitu: Amanah
(dapat dipercaya), Siddiq (benar), Fathonah (cerdas/bijaksana), serta
tabligh (berkomunikasi dgn baik dgn rakyatnya). Sifat di atas juga harus
dimiliki oleh pemimpin yang kita pilih.
Pilih
pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan
rakyatnya. Bukan hanya bisa menjual aset negara atau kekayaan alam
Indonesia untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Pilih
pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya
atau kelompok lain sehingga merugikan negara. Pemimpin yang cerdas punya
visi dan misi yang jelas untuk memajukan rakyatnya.
ALLAH SWT melarang mukmin memilih seorang yg kafir dia angkat menjadi seorang pemimpin bagi orang mukmin lalu..
BalasHapusapakah sebenarnya pengertian KAFIR yg dimaksudkan oleh Allah swt dalam Al Quran tsb??